Translate

Sabtu, 02 Maret 2013

Metodologi Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Penelitian (riset) dalam ilmu pengetahuan bagaikan dua sisi dari satu mata uang, penelitian dan ilmu penetahuan tidak bisa dipisahkan dari satu sama lainnya. Penelitian ilmiah digunkn untuk kebutuhn ilmu pengethuan. Sebaliknya ilmu pengetahuan tidak akan berkembang apabila meninggalkan tradisi penelitian ilmiah. Posisi simbiosis mutualistis ini memberi konsekuensi bahwa penelitian dan ilmu pengetahuan berada dalam satu sistem ilmiah, dan keduanya samasama membesarkan sistem tersebut pada tingkat yang tidk terbatas.
Penelitian sebagai sistem ilmu pengetahuan, memainkan peran penting dalam bangunan ilmu penetahuan itu sendiri. Ini berarti bahwa penelitian telah tampil dalam posisi yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan untuk melindunginya dari kepunahan. Penelitian memiliki kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengertahuan yng membuat up-to-date dan canggih dan aplikasi serta setiap saat dibutuhkan masyarakat. Dilain pihak, penelitian belum dapat “bergeser” untukm memulai suatu proses ilmiah baru sebelum mendapat masukan dari ilmu pengertahuan. Ini menandakan, titik proses penelitianb adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, kemudian bergerak membentuk galaksi pengetahuan dan kembali ketitik awal semula, yaitu ilmu pengetahuan.
Secara umum terdapat dua metode dalam penelitian, ytaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, namun keberadaannya saling mewlengkapi. Metode penelitian kuantitatif lebih cocok digunakan untuk meneliti bila permasalahan sudah jelas, datanya teramati dan terukur, peneliti bermaksud menguji hipotesis dan membuat generalisasi. Sedangkan metode penelitian kualitatif lebih cocock digunakan untuk meneliti bila ermasalahan dalam situasi sosisl masi remang-remang, kompleks, dinamis, peneliti bermaksud memahami situasi sosisl secara leih mendalam, serta menemukan hipotesis atau teori.
B.     Rumusan Masalah
1.      Variabel dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif
2.      Disain dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif
3.      Tingkat pengukuran dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif
4.      Teknik penmgukuran dalam penelitian kuntitatif dan kualitatif
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan sedikit tentang variabel, disain, tingkat pengukuran dan teknik pengukuran dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENELITIAN KUANTITATIF.
   1.      Variabel Kuantitatif
Kata variabel tdak ada dalam pembendaharaan Indonesia karena variabel berasal dari kata bahasa inggris Variabel yang berarti faktor tak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Denagn demikian variabel adalah fenomena yang berfariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.
Dari pengeretian ini maka variabel adalah sebuah fenomena (yang berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada satu peristiwa dialam ini yang tisdak dapat disebut variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya, yaitu bagaiman bentuk variasi fenomena tersebut. Ada fenomena yang spektrum vriasinya sederhana, tetapi juga ada fenomena lain dengan spektrum variasi yang amat kompeks. Misalnya fenomena jenis kelamin manusia. Kalau dikelompokan hanya ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki dan manusia perempuan. Sedangkan fenomena yang lain seperti selera memilih mode pakaian, mungkin tidak dapat dihitungb berapa banyak variasinya karena masing-masing orang mempunyai selera sendiri dalam hal memilih pakaian yang disukainya tergantung dariman dan bagaimana mereka membuat konsep tentrang variabel-variabel pakaian yang ada.
Penjelasan-penjelasan mengenai variabel amat sangat bervariasi sebagaimana bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkret sesungguhnya variabel itu adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional, penjelasan macam ini tergantung pula pada jenis penelitian yang dilakukan.
a.      Jenis-jenis Pengukur Variabel
Variabel dapat dikelompokan menurut emapat bentuk pengukuran sebagai berikut:
1)      Variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas penggolongan. Variabel ini bersifat diskrit (bijaksana) dan saaling pilih (mutually exlusive) antara kategori yang satu dengan kategori yang lain. Dengan kata lain variabel nominal adalah variabel yang kualitasnya tidak ermakna tau nama variabel hanyalah simbol saja, contoh: jenis kelamin, status pekerjaan, status perumahan dan sebaginya.
2)      Variabel ordional: yaitu variabel yang dibentuk bderdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu: jenjang tertinggi dan terendah sesun gguhnya ditetapkan menurut kesepakatan sehingga angka 1 atau angka 10 dapat berada pada tingkatan jenjang yang paling tinggi atau paling rendah.
3)      Variabel Interval, yaitu variabel yang dibangun dari pengukuran. Dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama.
4)      Variabel Ratio, yaitu variabel yang memiliki permulaan angka nol mutlak. Suatu contoh, variabel umur: 0, 1, 2, 3, 4, tahun dan sebagainya.
b.      Hubungan-hubungan variabel
Dalam penelitian kuantitatif, bentuk-bentuk hubungan antara variabel penelitian tidak saja dipertimbangkan dalam analisis, tetapi merupakan hal yang pokok dalam penelitian kuantitaif. Pada umumnya penelitian kuantitatif bertujuan mencari hubungan antara variabel-variabel tersebut, kemudian hubungan-hubungan itu diuji satu sama lain.
Tipe hubungan antar variabel :
1)      Hubungan Simetris
Suatu variabel dikatakan sebagai variabel berhubungan simetris, apabila perubahan variabel tersebut tidak disebabkan oleh variabel yang lain.
Ada empat kelompok hubungan simetris yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
2.    Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
3.    Kedua variabel berkaitan secara fungsional.
4.    Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata.
2)      Hubungan Timbal Balik
Hubungan-hubungan timbal balik antara variabel-variabel penelitian berbeda dengan hubungan sebab-akibat dalam sebuah penelitian. Hubungan timbal balik disini maksudnya, suatu variabel dapat menjadi sebab sekaligus juga dapat menjadi akibat dan bukan dimaksud perubahan variabelbtertentu diakibatkan oleh variabel yang lain.

3)      Hubungan Asimetris
`Pembahasan mengenai berbagai hubungan variabel penelitian kuantitatif pada umumnya tertumpu pada pembicaraan mengenai hubungan assimetris. Hubungan ini mendeskripsikan bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel yang lain. Hubungan asimetris terdiri dari enam tipe yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
·         Hubungan antara Stimulus dan Respons. Sifat hubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan pengaruh terhadap variabel respons, dan kemudian variabel respons memberi reaksi terhadap stimulus tersebut. Hubungan ini adalah bagian dari hubungan sebab-akibat, yang biasanya dilakukan oleh ahli-ahli penelitian kuantitatif dari berbagai disiplin ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
·         Hubungan antara Disposisi dan Respons. Yang dimaksudkan dengan disposisi di sini adalah kecenderungan dalam menunjukkan respons tertentu dalam posisi atau situasi tertentu pula. Sedangkan respons diukur dengan melihat tingkah laku seseorang, misalnya menonton televisi,pemilihan merk kendaraan bermotor, membolos, dan sebagainya.
·         Hubungan antara ciri individu dan disposisi. Yang dimaksud dengan ciri pribadi adalah sifat-sifat pribadi atau individu yang kemungkinan tidak berubah, walaupun dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri pribadi ini seperti  jenis seks, suku, kebangsaan, dan sebagainya.
·         Hubungan antara prekondisi yang pelu dengan akibat tertentu. Dikatakan bahwa suatu variabel akan ada apabila ada variabel yang lain. Suatu variabel akan muncul dengan syarat variabel yang lain harus dimunculkan lebih dulu.
·         Hubungan yang imanen antara dua variable. Pada kasus hubungan ini dimaksud, variabel tertentu memiliki hubungan yang imanen dengan hubungan yang lain, perubahan variabel tertentu akan diikuti pula dengan perubahan variabel yang lain.
·         Hubungan antara variabel tujuan dan variabel cara. Umumnya tujuan dan cara dapat ditemui pada satu keinginan orang, tetapi tidak jarang pula tujuan dan cara berada pada kondisi yang berbeda pula.
Umumnya tipe hubungan yang simetris seperti yang dijelaskan inilah yang ingin dijelaskan dalam penelitian-peneliatian eksperimen.  Tipe hubungan tersebut, memiliki efektivitas cara yang diuji dalam rangka mencapai tujuan.  Tipe hubungan asimetris yang telah dibicarakan diatas, berbeda dengan macam hubungan asimetris antara beberapa variabel dalam penelitian kuantitatif. Ada dua macam hubungan asimetris yang menjadi pusat perhatian dalam analisis variabel, yaitu hubungan bivariat dan multivariat. Kedua hubungan dapat terjadi diantara dua variabel atau juga dapat terjadi pada hubungan tiga atau lebih variabel.
Penelitian yang menguji hubungan bivariat, hanya terdapat dua variabel pokok, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung dimana variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung. Sedangkan pada penelitian yang menguji hubungan multivariat, walaupun masih tetap terdiri dari dua variabel, tetapi variabel bebas terdiri dari sub-sub variabel yang lebih kecil. Oleh karena itu variabel bebas lebih tepat dikatakan sebagai kumpulan variabel bebas(komposit variavbel bebas) yang mempengaruhi variabel tertentu (tun ggal) yang tidak terdiri dari sub-sub variabel yang lain.
2.      Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh karenanya desain penelitian harus memuat segala sesuatu yang berkepentingan denganpelaksanaan penelitian nanti, dan karena sifat desain penelitian kuantitatif, maka perlu memahami lebih dulu keterpaduan antara pendekatan dan format penelitian kuantitatif.
Berkali –kali telah dikatakan bahwa desain penelitian kuantitatif beragam karena tujuan dan prespektif yang berbeda berdasarkan bagan penelitian kuantitatif yang ada. Diantara ragam desain penelitian sosial itu ada dua varian desain penelitian yang paling sering dianut dan didiskusikan, yaitu desain deskriptif kuantitatif dan desain kuantitatif eksplanasi.
Pada rancangan desain penelitian kuantitatif dimulai dengan secara teknis membicarakan masing-masing bagian konstruksi desain penelitian seperti : judul penelitian ; latar belakang masalah; rumusan masalah;  tujuan penelitian;  manfaat penelitian;  tinjauan pustaka; hipotesis;  konsep-konsep penelitian; penentuan variabel dan indikator variabel; pengukuran; sumber data; metode pengumpulan data; rancangan analisis; dan metode analisis data.
1.      Judul penelitian
 Berbeda dengan topik penelitian, namun tidak jarang topik enelitian langsung diangkat menjadi judul penelitian. Dalam hal mendesain judul penelitian maka perlu diperhatikan bahwa judull penelitian harus operasional dan merupakan potret sosok penelitian yang sesungguhnya. Judul penelitian yang layak adalah formulasi yang ekspresif serta menyatakan dengan jelas, padat, berisi tentang permasalahan yang diteliti serta ruang penelitian bersangkutan. Judul penelitian diformulasi sedemikian rupa sehingga kesan ekonomis terhadap penggunaan kata dalam judul terlihat dengan jelas. Walaupun demikian, judul tidak harus pendek sehingga tidak prespektif. Kongkretnya, judul penelitian adalah jendela laporan penelitiian dan dengan kalimat pendek dapat menggambarkan seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan.
2.      Latar belakang masalah
Pada bagian latar belakang masalah, peneliti seyogyanya mengungkapkan motivasi pelaksanaan penelitiannya sehingga jelas urgensi penelitian tersebut. Untuk membuat latarbelakang masalah dengan motivasi yang baik, peneliti harus tahu dari mana dia memulai penelitiannya, dari teori keilmuankah atau dari konsep kebijakan yang ada. Mungkin juga karena motivasi empiris lainnya yang ditemui masyarakat.
3.      Rumusan masalah
Pada bahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setelah topik penelitian diketemukan, kemudian peneliti merumuskan masalah apa yang menjadi permasalahan penelitian. Dari kesekian masalah  yang diungkapkan sebagi alternatif, biasanya tidak semua dijadikan masalah penelitian sesungguhnya. Tetapi , ada juga beberapa penelitian secara otomatis mengangkat semua masalah dalam latarbelakang masalah secara keseluruhan sebagai masalah penelitian yang akan diteliti. Masalah penelitian diajukan, umumnya dirumuskan dengan kalimat bertanya dan diformulasi dalam kalimat-kalimat yang jelas dan tidak bertele-tele. Rumusan masalah juga diajukan sejelas mungkin agar variabel-variabel penelitian ataupun hubungan antar variabel itu terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbulkan interprestasi lain terhadap rumusan tersebut.

4.      Tujun penelitian
Ketika rumusan masalah penelitian sudah dibuat dengan baik maka formulasi tujuan penelitian mudah pula dirumuskan hal ini karena formulasi tujuan penelitian hanya mengikuti rumusan masalah dengan kalimat yang sedikit diubah menjadi kalimat pernyataan atau berbentuk kalimat berita.
5.      Manfaat penelitian
Pada bagian ini peneliti menjelaskan secara tegas untuk apa penelitian itu dilakukan, apa manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian itu. Secara umum, pentingnya penelitian dinyatakan bahwa temuan-temuan penelitian yang akan dilakukan akan dapat dimanfaatkan oleh pribadi, lembaga maupun masyarakat  serta dalam rangka memperbanyak kazanah ilmu pengetahuan. Pernyataan ini dikemukakan secara tegas dana sejauh mungkin dapat dioperasionalisasikan .
6.      Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka sering juga disebut dengan landasan teori dan merupakan uraian tentang teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga menjadi landasan teori dalam penelitian ini.
7.      Hipotesis penelitian
Tinjauan pustaka menuntun peneliti untuk menyusun hipotesis yang sesuai dengan masalah penelitian. Hipotesis penelitian adalah pernyataan sementara terhadap hasil penelitian.  Oleh karenanya hipotesis adalah ramalan terhadap hasil penelitian nanti. Sifat hipotesis yang hanya meramal itu, menyebabkan hipotesis kadang-kadang sesuai dengan hasil penelitian dan kadang pun dapat meleset dari hasil penelitian. Pada penelitian kuantitatif, hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan yaiitu sebagai suatu statment terhadap hasil penelitian.

3.      Tingkat Pengukuran dan Teknik Pengukuran Dalam Penelitian Kuantitatif.
a.      Pengukuran
Menjelaskan pengukuran indikator variabel dalam penelitian kuantitatif lebih mudah karena pengukuran lebih banyak ditentukan oleh peneliti dengan melihatkecenderungan datadan teknis analisis data apa yang akan dipakai.
Sebagaimana telah disinggung diatas, biasanya pengukuran kuantitatifmenggunakan pengukuran nominal, ordinal, rasio, dan interval. Contohnya, kita akan mengukur asal mahasiswa di Cirebon. Daerah asal mereka adalah dari Kuningan, Indramayu, Majalengka, Subang, Losari, dan sebagainya. Kalau data ini yang ingin kita peroleh, maka lebih tepat kalau dugunakan pengukuran-pengukuran nominal.
Kalau peneliti mengukur data tentang disiplin pegawai, yang datanya adalah tingkat kehadiran pegawai selama sebulan, maka data yang ingin kita peroleh adalah bagaimana perbedaan atau persamaan rangking disiplin pegawai, dengan demikian maka pengukuran yang digunakan adalah pengukuran ordinal.
Kalau data yang ingin kita peroleh adalah seberapa besar pendapatan keluarga yang bertempat tinggal didaerah perumahan pondok Mutiara Sidoarjo, maka pengukuran dapat berupa pengukuran interval. Begitupula kalau ingin memperoleh data perkembangan tinggi bayi dalam tahun pertama, maka pengukuran dapat berupa pengukuran ratio.
b.      Alat Ukur
Alat ukur adalah peranti yang digunakan untuk mengukur data dilapangan. Alat ukur ini amat penting untuk menentukan batas-batas kebenaran ketepatan suatu indikatorvariabel yang akan dicari pada data tertentu. Dalam merancang instrumen penelitian, perihal variabel, indikator, alat ukur serta pengukuran adalah bagian-bagaian yang paling banyak terkait satu sama lain.
Oleh krena itu, untuk menyusun instrumen penelitian, atau katakanlah kalau kita berpikir tentang sebuah alat ukurmaka paling tidak bagian-bagian diatas secara simultan dibicarakan bersama. Contohnya dapat dilihat pada tabel pengukuran kuantitatif.

Variabel
Indikator
Pengukuran
Alat Ukur
Disiplin Pegawai
Kehadiran ditempat kerja
Nominal
Hadir-Tak hadir
Frekuensi Menonton Televisi
Seberapa sering menonton Televisi
Ordinal
1, 2, 3, 4,...
Dalam sehari
Tingkat Penjualan
Jumlah produk
Terjual
dalam sebulan
Interval
00-1000 buah,
1000-2000 buah
Dst.
Kualitas produksi
Jumlh produksi
Perhari
Rasio
120, 140, 150,
160, 170, dst.

Tabel diatas merupakan bagian yang utuh dan tak terpisahkan dari konsep dalam desain penelitian yang dibuat. Dengan demikian, tidak biasanya membuat instrumen peneitian kuantitatif terlepas dari apa yang telah dikonsepkan dalam desain penelitian.
c.       Rehabilitasi Alat Ukur
Rehabilitasi alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Mendesain unstrumen penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap peneliti. Hal ini kerena peneliti tidak ingin proses pengumpulan data akan gagal karena peneliti memiliki instrumen yang buruk. Selain itu karena instrumen penelitian (khususnya adalah angket) adalah wakil satu-satunya peneliti dilapangan sehingga kepercayan instrumen penelitian sebgai alat yang betul-betul mewakili peneliti, benar-benar tidak dapat diabaikan.
Kalaupun instrumen penelitian berfungsi sebagai suplemen, maka sifatnya yang reliabelini tetap menjadi persyaratan utama. Oleh karena itu, alat-alat ukur yang dipakai haruslah memiliki sensitifitas (kepekaan) yang tinggi terhadapdata yang dihadapi, artinya alat ukur juga harus reiabel. Untuk mencapai tingkat kepekaan dan rehabilitas, perlu dimengerti serta memperhatikan aspek: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas alat ukur. Kematapan alat ukur dimaksud bahwa apabila alat ukur itu dipakai untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat ukur tersebut akan menghasilkan ukuran yang sama dengan notabene bahwa tidak terjadi perubahan kondisi disetiap pengukuran.
d.      Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakaidalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.
Sebagai contoh, yaitu tentang validitas alat ukur mutu kampanye polotik parpol ditelevisi: mutu kampanye tersebut dapatdiukur dengan isu-isu kesejahteraan bangsa yang akan dikerjakan pada lima tahun kedepan, dimana isu-isu ditawarkan kepada pemirsa televisi. Namun mungkin mutu kampanye tersebut tidak valid diukur dengan seberapa banyak SMS yang masuk mendukung partai yang berkampanye itu karena bisa jadi yang mengirim SMS adalah anggota partai tersebut pula. Contoh lain, kialitas produk kendaran bermtor diukur dengan seberapam lama kendaraan itu dapat dipakai oleh pemiliknya, sebaliknya kialitas produkm kendaraan bermotor tidak valid apabila diukur dengan seberapa banyak jumlah penjualan kendaraan bermotor tersebut dalam sebulan.
Conth-contoh ini menunjukan bahwa alat ukur dapat akurat pada tujuan tertentu, tetapi tidak untuk yang lain. Sifat alat ukur yang eklusif ini tidak dapat ditawar-menawar, karean itu tidak ada jalan lain bagi peneliti selain membuat alat ukur seakurat mungkin sesuai dengan tujuan yang hendak diperoleh dari responden.
B.     PENELITIAN KUALITATIF
1.      Desain Kualitatif
Walaupun desain penelitian kualitatif dikatakan sebagai desain yang fleksibel, secara empiris, desain penelitian kualitatif pada umumnya mengandung unsur-unsur penting seperti berikut.
1)      Menentukan fokus penelitian. Pada unsur ini peneliti berusaha menguraikan latar belakang permasalahan yang hendak dipecahkan, mengindentifikasi phenomena yang menunjukkan realitas permasalahan dan kemudian menentukan fokus penilitan yang memiliki fungsi sebagai guide atau pedoman peneliti ketika melakukan eksplorasi data.
2)       Menentukan paradigma penelitian yang sesuai dengan keadaan lapangan. Seperti halnya penelitian kuantitatif, peneliti kualitatif juga dianjurkan menggali landasan teori dari berbagai sumber informasi dan kemudian membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang dimaksud. Sedangkan yang menjadikan bervariasi pendapat diantara peneliti adalah dicantumkannya secara implisit dalam bab dua atau kajian pustaka atau secara integral dimasukkannya sesuai dengan konteks dan komponen penelitian.
3)       Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan teori yang dikembangkan sehingga peneliti tetap yakin terhdapa kebenarannya karena teori yang dibangun masih saling berkaitan erat dengan paradigma yang dikembangkan.
4)      Menentukan sumberdata yang dapat digali dari masyarakat yang diteliti. Unsur ini penting bagi peneliti bahwa prinsip berbasah kaki dan berinteraksi dengan responden dapat dilaksanakan dengan benar.
5)      Menentukan tahap-tahap penelitian. Tahapan penelitian pada umumnya mencakup langkah-langkah yang secara sistematis direncanakan oleh peneliti, sehingga mereka dapat bergerak dari langkah sat ke langakh lainnya dapat dilkukan secara efisien.
6)      Mengembangkan instrumen penelitian. Walaupun peneliti adalah intrumen yang baik, seorang peneliti perlu menuangkan secara tertulis sebagai fungsi pertanggung jawaban, ketika peneliti lain menanyakan proses yang berkaitan erat dengan pengambilan data.
7)       Merencanakan pengumpulan data dan pencatatannya, termasuk didalamnya garis besar teknik pengumpulan data yang dipilih agar memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
8)      Rencana analisis data, termasuk tindakan setelah peneliti megumpulkan data dari para responden, melakukan refleksi dan m,enampilkannya untuk menuju peyusunan teori. Analisis data menurut Guba 9198) ini termasuk diantaranya mengkatorisasi data, mengelompokkan sesuai dengan karakteristik ubahan (characterisizing), menilai pengelompokan, dan checking antara anggota peneliti (Member-check)
9)       Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian, yang didalamnya mencakup bagiaman peneliti melakukan pengembailan data agar memperoleh data yang valid dan releiabel dengan permasalahan yang hendak diteliti.

10)  Merencanakan lokasi dan tempat penelitian, lokasi dimana responden berada adalah tempat yang perlu diperhitungkan, sehingga peneliti akan memperoleh informasi dari tangan pertama yaitu orang yang mempunyai informasi.
11)  Menghormati etika penelitian, termasuk perhatian peneliti untuk selalu menghormati hak responden, tidak memaksa dan tidak membahayakan posisi responden. Hal responden tersebut dicantumkannya dalam desain untuk meyakinkan bahwa penelitian naturalistik sesuai dengan etika penelitian yang berlaku.
12)  Mempersiapkan laporan penulisan dan penyelesaian penelitian. Komponen ini termasuk didalamnya usaha peneliti untuk memperoleh laporan hasil penelitian yang didukung dengan bukti pengambilan data, analisis data dan deseminasi melui peneulisan jurnal maupun artikel yang relevan.
2.      Tingkat Pengukuran dan Teknik Pengukran.
a.       Perpanjangna Keikutsertaan
Perpanjangna keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan sampai kejenuhan pengumpulan data terca[ai. Jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:
1)      Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
2)      Membatasi kekelirtuan (biases) peneliti,
3)      Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan dta yang dikumpulkan. Mengapa demikian?
Peneliti dengan memperpanjang keikutsertannya akan banyak mempelajari “kebudayaan”, dapat menguji ketidak benaran in formasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang bersal dari dirisendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian penting sekali arti perpanjangna keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.
Perpanjangna keikutsertaan juga menuntut peneliti agar terjun ke lokasi bdan dalam waktu yang cukup panjang gun mendeteksi dan memperhitungkan distorsi ynag mungkin mengotori data. Pertama-tama dan yang terpenting ialah distiorsi pribadi. Distorsi dapat berasal dari responden, banyak diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidak sengajaan tersebut mungkin terjadi karena benberapa hal seperti distorsi retrospektif dan cara pemilihan; salah mengajukan pertanyaaan dan tentunya juga jawaban yang diperolehnya; motivasi setenmpat, misalnya keinginan untuk menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidsak termotivasi untuk memuaskan secara penuh kepedulian peneliti.
b.      Ketekunan atau Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencri secara konsisten interpretasi dengan berbagai cra dalam kaitan dengan prosesanalisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagi pengaruh. Mencari pap ynag dapat diperhitungkan dan apap yang tidak dapat.
Seperti yang telah diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu paktor-paoktor konstrktualdan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan halm itu, ketekunan pengmatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c.       Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatuyang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan mrelalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan uang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
1)      Triangulasi dengan sumber
Triangulasi dengan sumber berati membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Dr. Lexy J. Moleong 2004:330).
Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan paa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.
2)      Triangulasi dengan metode
Diutip dari Dr. Lexy J. Moleong (2004:331), menurut Patton (1987:329) terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3)      Tringulasi penyidik
Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan memanfatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembaliderajat kepercayan data. Pemanfaatan pengmat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya penggunn suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya.
4)       Triangulasi dengan teori
Diutip dari Dr. Lexy J. Moleong (2004:331), menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau ebih teori. Dipihak lain, Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamaknnya penjelasan banding (rival explanation).
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyatan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-rechek temuannya dengan jalan membandingknnya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
a.       Mengjukan berbagai macam variasi pertanyaan,
b.      Mengecheknya dengan berbagai sumber data,
c.       Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapart dilakukan.
d.      Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
Dengan demikian pemeriksan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuanumum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. Jika hal itu dilakukan maka hasilnya adalah:
1)      Menyediakan pandangan kritis.
2)      Mengetes hipotesis kerja (trmuan teori substantif).
3)      Membantu mengembngkan langkh berikutnya.
4)      Melayani sebgai pembanding.
e.       Analisis Kasus Negatif
Teknik analisis kasus negtif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan kepemimpinan perusahaan, sebagian peserta berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak menyelesaikan program dan meninggalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai kasus negatif untuk menjelaskan hipotesis kerja alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
f.       Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan dderajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. Pengecakan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.
Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dalam hal-hal sebagai berikut:
·         Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang dimaksudkan responden dengan jalan bertibdak dan berlaku secara tertentu atau memberikan informasi tersebut.
·         Memberikan kesempatan kepada responden untuyk segera memperbaiki kesalahan dari data menantang suatu penafsiran yang barangkali salah.
·         Memberikan kesempatan bagi responden agar dapat memberikan data tambahan karena dengan memberikan konsep tulisan peneliti, responden barangkali akan mengingat lagi hl-hal yang lain yang bbelum terpikirkn pada waktu yang lalu.
·         Memberikan kesempatan peneliti untuk mencatat persetujuan atau keberatan responden sehingga, jika terjadi persoalan, misalnya keberatan dari pihak respionden, dikemudian hari dijadikan bukti tertulis yang dapat diandalkan.
·         Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan sementaranya yang memudahkannya untuk melangkah kepada analisis data.
·         Memberikan  kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian terhadap keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengeceknya dengan data dari pihak dirinya sendiri.
Dari pihak lain, pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula. Pengecekan anggota demikian dialakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat  yang cukup berpengetahuan dan berpengalaman yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok-kelompok tertentu.
Dapat diikhtisarkan bahwa pengecekan anggota beratipeneliti mengumpulkan para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan mengecek kebenaran dat dan interpretasinya. Hal itu dilakukan dengan jalan:
1)      Penilaian dilakukan oleh responden
2)      Mengoreksi kekeliruan
3)      Menyediakan tambahan informasi seacara suka rela.
4)      Memasukan responden dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagi langkah awal analisis data.
5)      Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
g.      Uraian Rinci
Usaha membangun keteralihan dalam enelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan nonkualitatif dengan validitas eksternalnya. Dalam penelitian kualitatif hal itu dilkukan dengan car uraian rinci (thick description).
Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga urainnya itu dilkukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uraianya harus mengungkapkan secar khusus sekali segala sesuatu yng dibutuhkn oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang dilkukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala mcam pertnggungjwaban berdasrkan kejadian-kejadian nyata.
h.      Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiskal yang dimanfatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilkukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan ctatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil study. Pencatatn pelksanann itu perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilkukn sebagaiman yang dilkukan pda auditing fiskal.
Klsifiksi itu dapat dilakukan seperti yang diselenggarakan oleh Harpen, sebagi berikut:
1.      Data mentah, termasuk bahan yang direkamsecara elektronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacamnya serta hasil survei.
2.      Data yang direduksi dan hasil analisis data, termasuk didalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat persatuan seperti kartu, ikhtisar data kuantitatif (jika ada), dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan semacamnya.
3.      Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk didalamnya struktur kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungannya; temuan dan kesimpulan; dan laporan akhir dan hubungannya dengan kepustakaan mutakhir, integrasi konsep hubungan dan penafsirannya.
4.      Catatan tentang proses penyelenggaran, termasuk didalamnya catatan metodologi; prosedur desain, strategi, rasional; catatn dengan derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian; dan penelusuran audit.
5.      Bahan yang berkaitan dengan maksud dan keinginan, termasuk usulan penelitian, catatan pribadi: catatan reflektif dan motivasi; dan harapan: harapan dan peramalan.
6.      Informasi tentang pengembangan instrumen, termasuk berbagi pormulir yang digunakan untuk penjajakan, jdwal pendahuluan, format pengamat, dan survei.
Proses auditing dapat mengikutin langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Harpen, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hl yang dapat diaudit, kesepakatran formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.




DAFTAR PUSTAKA
Bugin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Moelang, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Moelang, J. Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya CV.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPOTA.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar