BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian (riset) dalam ilmu pengetahuan
bagaikan dua sisi dari satu mata uang, penelitian dan ilmu penetahuan tidak
bisa dipisahkan dari satu sama lainnya. Penelitian ilmiah digunkn untuk
kebutuhn ilmu pengethuan. Sebaliknya ilmu pengetahuan tidak akan berkembang
apabila meninggalkan tradisi penelitian ilmiah. Posisi simbiosis mutualistis
ini memberi konsekuensi bahwa penelitian dan ilmu pengetahuan berada dalam satu
sistem ilmiah, dan keduanya samasama membesarkan sistem tersebut pada tingkat
yang tidk terbatas.
Penelitian
sebagai sistem ilmu pengetahuan, memainkan peran penting dalam bangunan ilmu
penetahuan itu sendiri. Ini berarti bahwa penelitian telah tampil dalam posisi
yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan untuk melindunginya dari kepunahan. Penelitian
memiliki kemampuan untuk meng-upgrade ilmu pengertahuan yng membuat up-to-date
dan canggih dan aplikasi serta setiap saat dibutuhkan masyarakat. Dilain pihak,
penelitian belum dapat “bergeser” untukm memulai suatu proses ilmiah baru
sebelum mendapat masukan dari ilmu pengertahuan. Ini menandakan, titik proses
penelitianb adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, kemudian bergerak membentuk
galaksi pengetahuan dan kembali ketitik awal semula, yaitu ilmu pengetahuan.
Secara umum
terdapat dua metode dalam penelitian, ytaitu metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, namun
keberadaannya saling mewlengkapi. Metode penelitian kuantitatif lebih cocok
digunakan untuk meneliti bila permasalahan sudah jelas, datanya teramati dan
terukur, peneliti bermaksud menguji hipotesis dan membuat generalisasi.
Sedangkan metode penelitian kualitatif lebih cocock digunakan untuk meneliti
bila ermasalahan dalam situasi sosisl masi remang-remang, kompleks, dinamis,
peneliti bermaksud memahami situasi sosisl secara leih mendalam, serta
menemukan hipotesis atau teori.
B. Rumusan Masalah
1. Variabel dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif
2. Disain dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif
3. Tingkat pengukuran dalam penelitian kuantitatif
dan kualitatif
4. Teknik penmgukuran dalam penelitian kuntitatif
dan kualitatif
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan sedikit tentang variabel, disain, tingkat pengukuran dan teknik pengukuran dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENELITIAN KUANTITATIF.
1.
Variabel Kuantitatif
Kata variabel tdak ada dalam pembendaharaan Indonesia karena variabel
berasal dari kata bahasa inggris Variabel yang berarti faktor tak tetap atau
berubah-ubah. Namun bahasa indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan
kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Denagn
demikian variabel adalah fenomena yang berfariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas,
mutu standar dan sebagainya.
Dari pengeretian ini maka variabel adalah sebuah fenomena (yang
berubah-ubah) dengan demikian maka bisa jadi tidak ada satu peristiwa dialam
ini yang tisdak dapat disebut variabel, tinggal tergantung bagaimana kualitas variabelnya,
yaitu bagaiman bentuk variasi fenomena tersebut. Ada fenomena yang spektrum
vriasinya sederhana, tetapi juga ada fenomena lain dengan spektrum variasi yang
amat kompeks. Misalnya fenomena jenis kelamin manusia. Kalau dikelompokan hanya
ada dua jenis kelamin, yaitu manusia laki-laki dan manusia perempuan. Sedangkan
fenomena yang lain seperti selera memilih mode pakaian, mungkin tidak dapat
dihitungb berapa banyak variasinya karena masing-masing orang mempunyai selera
sendiri dalam hal memilih pakaian yang disukainya tergantung dariman dan
bagaimana mereka membuat konsep tentrang variabel-variabel pakaian yang ada.
Penjelasan-penjelasan mengenai variabel amat sangat bervariasi sebagaimana
bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkret
sesungguhnya variabel itu adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep
operasional, penjelasan macam ini tergantung pula pada jenis penelitian yang
dilakukan.
a.
Jenis-jenis Pengukur Variabel
Variabel dapat
dikelompokan menurut emapat bentuk pengukuran sebagai berikut:
1)
Variabel nominal,
yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas penggolongan. Variabel ini
bersifat diskrit (bijaksana) dan saaling pilih (mutually exlusive) antara
kategori yang satu dengan kategori yang lain. Dengan kata lain variabel nominal
adalah variabel yang kualitasnya tidak ermakna tau nama variabel hanyalah
simbol saja, contoh: jenis kelamin, status pekerjaan, status perumahan dan
sebaginya.
2)
Variabel ordional:
yaitu variabel yang dibentuk bderdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu:
jenjang tertinggi dan terendah sesun gguhnya ditetapkan menurut kesepakatan
sehingga angka 1 atau angka 10 dapat berada pada tingkatan jenjang yang paling
tinggi atau paling rendah.
3)
Variabel Interval,
yaitu variabel yang dibangun dari pengukuran. Dalam pengukuran tersebut
diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama.
4)
Variabel Ratio,
yaitu variabel yang memiliki permulaan angka nol mutlak. Suatu contoh, variabel
umur: 0, 1, 2, 3, 4, tahun dan sebagainya.
b.
Hubungan-hubungan variabel
Dalam
penelitian kuantitatif, bentuk-bentuk hubungan antara variabel penelitian tidak
saja dipertimbangkan dalam analisis, tetapi merupakan hal yang pokok dalam
penelitian kuantitaif. Pada umumnya penelitian kuantitatif bertujuan mencari
hubungan antara variabel-variabel tersebut, kemudian hubungan-hubungan itu
diuji satu sama lain.
Tipe hubungan antar variabel :
1)
Hubungan Simetris
Suatu variabel
dikatakan sebagai variabel berhubungan simetris, apabila perubahan variabel
tersebut tidak disebabkan oleh variabel yang lain.
Ada empat
kelompok hubungan simetris yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
2.
Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
3.
Kedua variabel berkaitan secara fungsional.
4.
Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata.
2)
Hubungan Timbal Balik
Hubungan-hubungan timbal balik antara variabel-variabel penelitian
berbeda dengan hubungan sebab-akibat dalam sebuah penelitian. Hubungan timbal
balik disini maksudnya, suatu variabel dapat menjadi sebab sekaligus juga dapat
menjadi akibat dan bukan dimaksud perubahan variabelbtertentu diakibatkan oleh
variabel yang lain.
3)
Hubungan Asimetris
`Pembahasan
mengenai berbagai hubungan variabel penelitian kuantitatif pada umumnya
tertumpu pada pembicaraan mengenai hubungan assimetris. Hubungan ini
mendeskripsikan bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel yang lain.
Hubungan asimetris terdiri dari enam tipe yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
·
Hubungan antara Stimulus dan Respons. Sifat
hubungan ini menjelaskan variabel stimulus memberikan pengaruh terhadap
variabel respons, dan kemudian variabel respons memberi reaksi terhadap
stimulus tersebut. Hubungan ini adalah bagian dari hubungan sebab-akibat, yang
biasanya dilakukan oleh ahli-ahli penelitian kuantitatif dari berbagai disiplin
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
·
Hubungan antara Disposisi dan Respons. Yang
dimaksudkan dengan disposisi di sini adalah kecenderungan dalam menunjukkan
respons tertentu dalam posisi atau situasi tertentu pula. Sedangkan respons
diukur dengan melihat tingkah laku seseorang, misalnya menonton
televisi,pemilihan merk kendaraan bermotor, membolos, dan sebagainya.
·
Hubungan antara ciri individu dan disposisi. Yang
dimaksud dengan ciri pribadi adalah sifat-sifat pribadi atau individu yang
kemungkinan tidak berubah, walaupun dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri
pribadi ini seperti jenis seks, suku,
kebangsaan, dan sebagainya.
·
Hubungan antara prekondisi yang pelu dengan akibat tertentu. Dikatakan
bahwa suatu variabel akan ada apabila ada variabel yang lain. Suatu variabel
akan muncul dengan syarat variabel yang lain harus dimunculkan lebih dulu.
·
Hubungan yang imanen antara dua variable. Pada
kasus hubungan ini dimaksud, variabel tertentu memiliki hubungan yang imanen
dengan hubungan yang lain, perubahan variabel tertentu akan diikuti pula dengan
perubahan variabel yang lain.
·
Hubungan antara variabel tujuan dan variabel cara. Umumnya
tujuan dan cara dapat ditemui pada satu keinginan orang, tetapi tidak jarang
pula tujuan dan cara berada pada kondisi yang berbeda pula.
Umumnya tipe
hubungan yang simetris seperti yang dijelaskan inilah yang ingin dijelaskan
dalam penelitian-peneliatian eksperimen.
Tipe hubungan tersebut, memiliki efektivitas cara yang diuji dalam
rangka mencapai tujuan. Tipe hubungan
asimetris yang telah dibicarakan diatas, berbeda dengan macam hubungan
asimetris antara beberapa variabel dalam penelitian kuantitatif. Ada dua macam
hubungan asimetris yang menjadi pusat perhatian dalam analisis variabel, yaitu
hubungan bivariat dan multivariat. Kedua hubungan dapat terjadi diantara dua
variabel atau juga dapat terjadi pada hubungan tiga atau lebih variabel.
Penelitian yang
menguji hubungan bivariat, hanya terdapat dua variabel pokok, yaitu variabel
bebas dan variabel tergantung dimana variabel bebas mempengaruhi variabel
tergantung. Sedangkan pada penelitian yang menguji hubungan multivariat,
walaupun masih tetap terdiri dari dua variabel, tetapi variabel bebas terdiri
dari sub-sub variabel yang lebih kecil. Oleh karena itu variabel bebas lebih
tepat dikatakan sebagai kumpulan variabel bebas(komposit variavbel bebas) yang
mempengaruhi variabel tertentu (tun ggal) yang tidak terdiri dari sub-sub
variabel yang lain.
2.
Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian yang akan
dilaksanakan. Oleh karenanya desain penelitian harus memuat segala sesuatu yang
berkepentingan denganpelaksanaan penelitian nanti, dan karena sifat desain
penelitian kuantitatif, maka perlu memahami lebih dulu keterpaduan antara
pendekatan dan format penelitian kuantitatif.
Berkali –kali
telah dikatakan bahwa desain penelitian kuantitatif beragam karena tujuan dan
prespektif yang berbeda berdasarkan bagan penelitian kuantitatif yang ada.
Diantara ragam desain penelitian sosial itu ada dua varian desain penelitian
yang paling sering dianut dan didiskusikan, yaitu desain deskriptif kuantitatif
dan desain kuantitatif eksplanasi.
Pada rancangan
desain penelitian kuantitatif dimulai dengan secara teknis membicarakan
masing-masing bagian konstruksi desain penelitian seperti : judul penelitian ;
latar belakang masalah; rumusan masalah;
tujuan penelitian; manfaat
penelitian; tinjauan pustaka;
hipotesis; konsep-konsep penelitian; penentuan
variabel dan indikator variabel; pengukuran; sumber data; metode pengumpulan
data; rancangan analisis; dan metode analisis data.
1.
Judul penelitian
Berbeda
dengan topik penelitian, namun tidak jarang topik enelitian langsung diangkat
menjadi judul penelitian. Dalam hal mendesain judul penelitian maka perlu
diperhatikan bahwa judull penelitian harus operasional dan merupakan potret
sosok penelitian yang sesungguhnya. Judul penelitian yang layak adalah
formulasi yang ekspresif serta menyatakan dengan jelas, padat, berisi tentang
permasalahan yang diteliti serta ruang penelitian bersangkutan. Judul
penelitian diformulasi sedemikian rupa sehingga kesan ekonomis terhadap
penggunaan kata dalam judul terlihat dengan jelas. Walaupun demikian, judul
tidak harus pendek sehingga tidak prespektif. Kongkretnya, judul penelitian
adalah jendela laporan penelitiian dan dengan kalimat pendek dapat
menggambarkan seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan.
2.
Latar belakang masalah
Pada bagian
latar belakang masalah, peneliti seyogyanya mengungkapkan motivasi pelaksanaan
penelitiannya sehingga jelas urgensi penelitian tersebut. Untuk membuat
latarbelakang masalah dengan motivasi yang baik, peneliti harus tahu dari mana
dia memulai penelitiannya, dari teori keilmuankah atau dari konsep kebijakan
yang ada. Mungkin juga karena motivasi empiris lainnya yang ditemui masyarakat.
3.
Rumusan masalah
Pada bahasan
sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setelah topik penelitian diketemukan,
kemudian peneliti merumuskan masalah apa yang menjadi permasalahan penelitian.
Dari kesekian masalah yang diungkapkan
sebagi alternatif, biasanya tidak semua dijadikan masalah penelitian
sesungguhnya. Tetapi , ada juga beberapa penelitian secara otomatis mengangkat semua
masalah dalam latarbelakang masalah secara keseluruhan sebagai masalah
penelitian yang akan diteliti. Masalah penelitian diajukan, umumnya dirumuskan
dengan kalimat bertanya dan diformulasi dalam kalimat-kalimat yang jelas dan
tidak bertele-tele. Rumusan masalah juga diajukan sejelas mungkin agar
variabel-variabel penelitian ataupun hubungan antar variabel itu terlihat
dengan mudah dan kemudian tidak menimbulkan interprestasi lain terhadap rumusan
tersebut.
4.
Tujun penelitian
Ketika rumusan
masalah penelitian sudah dibuat dengan baik maka formulasi tujuan penelitian
mudah pula dirumuskan hal ini karena formulasi tujuan penelitian hanya
mengikuti rumusan masalah dengan kalimat yang sedikit diubah menjadi kalimat
pernyataan atau berbentuk kalimat berita.
5.
Manfaat penelitian
Pada bagian ini
peneliti menjelaskan secara tegas untuk apa penelitian itu dilakukan, apa
manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian itu. Secara umum, pentingnya
penelitian dinyatakan bahwa temuan-temuan penelitian yang akan dilakukan akan
dapat dimanfaatkan oleh pribadi, lembaga maupun masyarakat serta dalam rangka memperbanyak kazanah ilmu
pengetahuan. Pernyataan ini dikemukakan secara tegas dana sejauh mungkin dapat
dioperasionalisasikan .
6.
Tinjauan pustaka
Tinjauan
pustaka sering juga disebut dengan landasan teori dan merupakan uraian tentang
teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian sekaligus juga
menjadi landasan teori dalam penelitian ini.
7.
Hipotesis penelitian
Tinjauan
pustaka menuntun peneliti untuk menyusun hipotesis yang sesuai dengan masalah
penelitian. Hipotesis penelitian adalah pernyataan sementara terhadap hasil
penelitian. Oleh karenanya hipotesis
adalah ramalan terhadap hasil penelitian nanti. Sifat hipotesis yang hanya meramal
itu, menyebabkan hipotesis kadang-kadang sesuai dengan hasil penelitian dan
kadang pun dapat meleset dari hasil penelitian. Pada penelitian kuantitatif,
hipotesis diajukan dalam bentuk pernyataan yaiitu sebagai suatu statment
terhadap hasil penelitian.
3. Tingkat
Pengukuran dan Teknik Pengukuran Dalam Penelitian Kuantitatif.
a. Pengukuran
Menjelaskan
pengukuran indikator variabel dalam penelitian kuantitatif lebih mudah karena
pengukuran lebih banyak ditentukan oleh peneliti dengan melihatkecenderungan datadan
teknis analisis data apa yang akan dipakai.
Sebagaimana telah disinggung diatas, biasanya
pengukuran kuantitatifmenggunakan pengukuran nominal, ordinal, rasio, dan
interval. Contohnya, kita akan mengukur asal mahasiswa di Cirebon. Daerah asal
mereka adalah dari Kuningan, Indramayu, Majalengka, Subang, Losari, dan
sebagainya. Kalau data ini yang ingin kita peroleh, maka lebih tepat kalau
dugunakan pengukuran-pengukuran nominal.
Kalau peneliti
mengukur data tentang disiplin pegawai, yang datanya adalah tingkat kehadiran
pegawai selama sebulan, maka data yang ingin kita peroleh adalah bagaimana
perbedaan atau persamaan rangking disiplin pegawai, dengan demikian maka
pengukuran yang digunakan adalah pengukuran ordinal.
Kalau data yang
ingin kita peroleh adalah seberapa besar pendapatan keluarga yang bertempat
tinggal didaerah perumahan pondok Mutiara Sidoarjo, maka pengukuran dapat
berupa pengukuran interval. Begitupula kalau ingin memperoleh data perkembangan
tinggi bayi dalam tahun pertama, maka pengukuran dapat berupa pengukuran ratio.
b. Alat Ukur
Alat ukur adalah peranti yang digunakan untuk mengukur
data dilapangan. Alat ukur ini amat penting untuk menentukan batas-batas
kebenaran ketepatan suatu indikatorvariabel yang akan dicari pada data
tertentu. Dalam merancang instrumen penelitian, perihal variabel, indikator,
alat ukur serta pengukuran adalah bagian-bagaian yang paling banyak terkait
satu sama lain.
Oleh krena itu, untuk menyusun instrumen penelitian, atau
katakanlah kalau kita berpikir tentang sebuah alat ukurmaka paling tidak
bagian-bagian diatas secara simultan dibicarakan bersama. Contohnya dapat
dilihat pada tabel pengukuran kuantitatif.
Variabel
|
Indikator
|
Pengukuran
|
Alat Ukur
|
Disiplin Pegawai
|
Kehadiran ditempat kerja
|
Nominal
|
Hadir-Tak hadir
|
Frekuensi Menonton Televisi
|
Seberapa sering menonton Televisi
|
Ordinal
|
1, 2, 3, 4,...
Dalam sehari
|
Tingkat Penjualan
|
Jumlah produk
Terjual
dalam sebulan
|
Interval
|
00-1000 buah,
1000-2000 buah
Dst.
|
Kualitas produksi
|
Jumlh produksi
Perhari
|
Rasio
|
120, 140, 150,
160, 170, dst.
|
Tabel diatas
merupakan bagian yang utuh dan tak terpisahkan dari konsep dalam desain
penelitian yang dibuat. Dengan demikian, tidak biasanya membuat instrumen
peneitian kuantitatif terlepas dari apa yang telah dikonsepkan dalam desain
penelitian.
c. Rehabilitasi
Alat Ukur
Rehabilitasi alat ukur adalah kesesuaian alat ukur dengan
yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Mendesain unstrumen penelitian yang reliabel adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh setiap peneliti. Hal ini kerena peneliti tidak ingin proses pengumpulan
data akan gagal karena peneliti memiliki instrumen yang buruk. Selain itu
karena instrumen penelitian (khususnya adalah angket) adalah wakil satu-satunya
peneliti dilapangan sehingga kepercayan instrumen penelitian sebgai alat yang
betul-betul mewakili peneliti, benar-benar tidak dapat diabaikan.
Kalaupun instrumen penelitian berfungsi sebagai suplemen,
maka sifatnya yang reliabelini tetap menjadi persyaratan utama. Oleh karena itu,
alat-alat ukur yang dipakai haruslah memiliki sensitifitas (kepekaan) yang
tinggi terhadapdata yang dihadapi, artinya alat ukur juga harus reiabel. Untuk
mencapai tingkat kepekaan dan rehabilitas, perlu dimengerti serta memperhatikan
aspek: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas alat ukur. Kematapan alat ukur
dimaksud bahwa apabila alat ukur itu dipakai untuk mengukur sesuatu berulang
kali, alat ukur tersebut akan menghasilkan ukuran yang sama dengan notabene
bahwa tidak terjadi perubahan kondisi disetiap pengukuran.
d. Validitas Alat
Ukur
Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap
yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai
tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakaidalam
instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.
Sebagai contoh, yaitu tentang validitas alat ukur mutu
kampanye polotik parpol ditelevisi: mutu kampanye tersebut dapatdiukur dengan
isu-isu kesejahteraan bangsa yang akan dikerjakan pada lima tahun kedepan,
dimana isu-isu ditawarkan kepada pemirsa televisi. Namun mungkin mutu kampanye
tersebut tidak valid diukur dengan seberapa banyak SMS yang masuk mendukung
partai yang berkampanye itu karena bisa jadi yang mengirim SMS adalah anggota
partai tersebut pula. Contoh lain, kialitas produk kendaran bermtor diukur
dengan seberapam lama kendaraan itu dapat dipakai oleh pemiliknya, sebaliknya
kialitas produkm kendaraan bermotor tidak valid apabila diukur dengan seberapa
banyak jumlah penjualan kendaraan bermotor tersebut dalam sebulan.
Conth-contoh ini menunjukan bahwa alat ukur dapat akurat
pada tujuan tertentu, tetapi tidak untuk yang lain. Sifat alat ukur yang
eklusif ini tidak dapat ditawar-menawar, karean itu tidak ada jalan lain bagi
peneliti selain membuat alat ukur seakurat mungkin sesuai dengan tujuan yang hendak
diperoleh dari responden.
B. PENELITIAN
KUALITATIF
1. Desain
Kualitatif
Walaupun desain
penelitian kualitatif dikatakan sebagai desain yang fleksibel, secara empiris,
desain penelitian kualitatif pada umumnya mengandung unsur-unsur penting
seperti berikut.
1) Menentukan
fokus penelitian. Pada unsur ini peneliti berusaha menguraikan latar belakang
permasalahan yang hendak dipecahkan, mengindentifikasi phenomena yang
menunjukkan realitas permasalahan dan kemudian menentukan fokus penilitan yang
memiliki fungsi sebagai guide atau pedoman peneliti ketika melakukan eksplorasi
data.
2) Menentukan paradigma penelitian yang sesuai
dengan keadaan lapangan. Seperti halnya penelitian kuantitatif, peneliti
kualitatif juga dianjurkan menggali landasan teori dari berbagai sumber
informasi dan kemudian membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan
permasalahan yang dimaksud. Sedangkan yang menjadikan bervariasi pendapat
diantara peneliti adalah dicantumkannya secara implisit dalam bab dua atau
kajian pustaka atau secara integral dimasukkannya sesuai dengan konteks dan
komponen penelitian.
3) Menentukan kesesuaian antara paradigma dengan
teori yang dikembangkan sehingga peneliti tetap yakin terhdapa kebenarannya
karena teori yang dibangun masih saling berkaitan erat dengan paradigma yang
dikembangkan.
4) Menentukan sumberdata yang dapat digali dari
masyarakat yang diteliti. Unsur
ini penting bagi peneliti bahwa prinsip berbasah kaki dan berinteraksi dengan
responden dapat dilaksanakan dengan benar.
5) Menentukan tahap-tahap penelitian. Tahapan
penelitian pada umumnya mencakup langkah-langkah yang secara sistematis
direncanakan oleh peneliti, sehingga mereka dapat bergerak dari langkah sat ke
langakh lainnya dapat dilkukan secara efisien.
6) Mengembangkan
instrumen penelitian. Walaupun peneliti adalah intrumen yang baik, seorang
peneliti perlu menuangkan secara tertulis sebagai fungsi pertanggung jawaban,
ketika peneliti lain menanyakan proses yang berkaitan erat dengan pengambilan
data.
7) Merencanakan pengumpulan data dan
pencatatannya, termasuk didalamnya garis besar teknik pengumpulan data yang
dipilih agar memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang hendak
dipecahkan.
8) Rencana
analisis data, termasuk tindakan setelah peneliti megumpulkan data dari para
responden, melakukan refleksi dan m,enampilkannya untuk menuju peyusunan teori.
Analisis data menurut Guba 9198) ini termasuk diantaranya mengkatorisasi data,
mengelompokkan sesuai dengan karakteristik ubahan (characterisizing), menilai
pengelompokan, dan checking antara anggota peneliti (Member-check)
9) Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan
kebenaran penelitian, yang didalamnya mencakup bagiaman peneliti melakukan
pengembailan data agar memperoleh data yang valid dan releiabel dengan
permasalahan yang hendak diteliti.
10) Merencanakan lokasi
dan tempat penelitian, lokasi dimana responden berada adalah tempat yang perlu
diperhitungkan, sehingga peneliti akan memperoleh informasi dari tangan pertama
yaitu orang yang mempunyai informasi.
11) Menghormati
etika penelitian, termasuk perhatian peneliti untuk selalu menghormati hak
responden, tidak memaksa dan tidak membahayakan posisi responden. Hal responden
tersebut dicantumkannya dalam desain untuk meyakinkan bahwa penelitian
naturalistik sesuai dengan etika penelitian yang berlaku.
12) Mempersiapkan
laporan penulisan dan penyelesaian penelitian. Komponen ini termasuk didalamnya
usaha peneliti untuk memperoleh laporan hasil penelitian yang didukung dengan
bukti pengambilan data, analisis data dan deseminasi melui peneulisan jurnal
maupun artikel yang relevan.
2. Tingkat
Pengukuran dan Teknik Pengukran.
a. Perpanjangna Keikutsertaan
Perpanjangna keikutsertaan berarti peneliti
tinggal dilapangan sampai kejenuhan pengumpulan data terca[ai. Jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada
konteks,
2) Membatasi kekelirtuan (biases) peneliti,
3) Mengkonpensasikan pengaruh dari
kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan dta yang dikumpulkan. Mengapa
demikian?
Peneliti dengan memperpanjang keikutsertannya
akan banyak mempelajari “kebudayaan”, dapat menguji ketidak benaran in formasi
yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang bersal dari dirisendiri maupun dari
responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian penting sekali
arti perpanjangna keikutsertaan peneliti guna berorientasi dengan situasi, juga
guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati.
Perpanjangna keikutsertaan juga menuntut
peneliti agar terjun ke lokasi bdan dalam waktu yang cukup panjang gun
mendeteksi dan memperhitungkan distorsi ynag mungkin mengotori data.
Pertama-tama dan yang terpenting ialah distiorsi pribadi. Distorsi dapat
berasal dari responden, banyak diantaranya terjadi tanpa sengaja. Ketidak
sengajaan tersebut mungkin terjadi karena benberapa hal seperti distorsi
retrospektif dan cara pemilihan; salah mengajukan pertanyaaan dan tentunya juga
jawaban yang diperolehnya; motivasi setenmpat, misalnya keinginan untuk
menyenangkan peneliti, atau sebaliknya tidsak termotivasi untuk memuaskan
secara penuh kepedulian peneliti.
b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencri secara
konsisten interpretasi dengan berbagai cra dalam kaitan dengan prosesanalisis
yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagi pengaruh.
Mencari pap ynag dapat diperhitungkan dan apap yang tidak dapat.
Seperti yang telah diuraikan, maksud
perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap
pengaruh ganda, yaitu paktor-paoktor konstrktualdan pengaruh bersama pada
peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda
dengan halm itu, ketekunan pengmatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfatkan sesuatuyang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan mrelalui sumber
lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaaan uang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
1) Triangulasi dengan sumber
Triangulasi dengan sumber berati membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Dr. Lexy J. Moleong
2004:330).
Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
paa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan;
(5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.
2) Triangulasi dengan metode
Diutip dari Dr. Lexy J. Moleong (2004:331), menurut
Patton (1987:329) terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3) Tringulasi penyidik
Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalan
memanfatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembaliderajat kepercayan data. Pemanfaatan pengmat lainnya membantu mengurangi
kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya penggunn suatu tim
penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi teknik ini. Cara lain ialah
membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya.
4) Triangulasi
dengan teori
Diutip dari Dr. Lexy J. Moleong (2004:331), menurut Lincoln dan Guba
(1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau ebih teori. Dipihak lain, Patton (1987:327)
berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu
dinamaknnya penjelasan banding (rival explanation).
Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
konstruksi kenyatan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan
kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-rechek temuannya dengan
jalan membandingknnya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu
maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan:
a. Mengjukan berbagai macam variasi pertanyaan,
b. Mengecheknya dengan berbagai sumber data,
c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan
kepercayaan data dapart dilakukan.
d. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan
rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu
teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama untuk membuat agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua diskusi dengan sejawat ini
memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji
hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
Dengan demikian pemeriksan sejawat berarti
pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya,
yang memiliki pengetahuanumum yang sama tentang apa yang sedang diteliti,
sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan
analisis yang sedang dilakukan. Jika hal itu dilakukan maka hasilnya adalah:
1) Menyediakan pandangan kritis.
2) Mengetes hipotesis kerja (trmuan teori
substantif).
3) Membantu mengembngkan langkh berikutnya.
4) Melayani sebgai pembanding.
e. Analisis Kasus Negatif
Teknik analisis kasus negtif dilakukan dengan
jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding. Dalam suatu latihan kepemimpinan perusahaan, sebagian peserta
berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang
tidak menyelesaikan program dan meninggalkan latihan sebelum waktunya diambil
sebagai kasus untuk meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif
demikian digunakan sebagai kasus negatif untuk menjelaskan hipotesis kerja
alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.
f. Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam
proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan dderajat kepercayaan.
Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis,
penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili
rekan-rekan mereka dimanfatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan
situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
Pengecakan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.
Pengecekan secara informal demikian dapat
bermanfaat dalam hal-hal sebagai berikut:
·
Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja
apa yang dimaksudkan responden dengan jalan bertibdak dan berlaku secara
tertentu atau memberikan informasi tersebut.
·
Memberikan kesempatan kepada responden untuyk segera
memperbaiki kesalahan dari data menantang suatu penafsiran yang barangkali
salah.
·
Memberikan kesempatan bagi responden agar dapat
memberikan data tambahan karena dengan memberikan konsep tulisan peneliti,
responden barangkali akan mengingat lagi hl-hal yang lain yang bbelum
terpikirkn pada waktu yang lalu.
·
Memberikan kesempatan peneliti untuk mencatat persetujuan
atau keberatan responden sehingga, jika terjadi persoalan, misalnya keberatan
dari pihak respionden, dikemudian hari dijadikan bukti tertulis yang dapat
diandalkan.
·
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan
hasil perolehan sementaranya yang memudahkannya untuk melangkah kepada analisis
data.
·
Memberikan
kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian terhadap
keseluruhan kecukupan data secara menyeluruh dan mengeceknya dengan data dari
pihak dirinya sendiri.
Dari pihak lain, pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula.
Pengecekan anggota demikian dialakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang
terlibat dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat yang cukup berpengetahuan dan berpengalaman
yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok-kelompok tertentu.
Dapat diikhtisarkan bahwa pengecekan anggota beratipeneliti mengumpulkan
para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan mengecek kebenaran dat dan
interpretasinya. Hal itu dilakukan dengan jalan:
1) Penilaian dilakukan oleh responden
2) Mengoreksi kekeliruan
3) Menyediakan tambahan informasi seacara suka
rela.
4) Memasukan responden dalam kancah penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagi langkah awal analisis data.
5) Menilai kecukupan menyeluruh data yang
dikumpulkan.
g. Uraian Rinci
Usaha membangun keteralihan dalam enelitian
kualitatif jelas sangat berbeda dengan nonkualitatif dengan validitas
eksternalnya. Dalam penelitian kualitatif hal itu dilkukan dengan car uraian
rinci (thick description).
Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan
hasil penelitiannya sehingga urainnya itu dilkukan seteliti dan secermat
mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas
laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uraianya harus mengungkapkan
secar khusus sekali segala sesuatu yng dibutuhkn oleh pembaca agar ia dapat
memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri tentunya bukan bagian
dari uraian rinci, melainkan penafsirannya yang dilkukan dalam bentuk uraian
rinci dengan segala mcam pertnggungjwaban berdasrkan kejadian-kejadian nyata.
h. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya
dibidang fiskal yang dimanfatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian
data. Hal itu dilkukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau
keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat
dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan ctatan-catatan pelaksanaan keseluruhan
proses dan hasil study. Pencatatn pelksanann itu perlu diklasifikasikan
terlebih dahulu sebelum auditing itu dilkukn sebagaiman yang dilkukan pda
auditing fiskal.
Klsifiksi itu dapat dilakukan seperti yang
diselenggarakan oleh Harpen, sebagi berikut:
1. Data mentah, termasuk bahan yang direkamsecara
elektronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacamnya serta
hasil survei.
2. Data yang direduksi dan hasil analisis data,
termasuk didalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar
catatan, informasi yang dibuat persatuan seperti kartu, ikhtisar data
kuantitatif (jika ada), dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan
semacamnya.
3. Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk
didalamnya struktur kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungannya; temuan
dan kesimpulan; dan laporan akhir dan hubungannya dengan kepustakaan mutakhir,
integrasi konsep hubungan dan penafsirannya.
4. Catatan tentang proses penyelenggaran,
termasuk didalamnya catatan metodologi; prosedur desain, strategi, rasional;
catatn dengan derajat kepercayaan, kebergantungan dan kepastian; dan
penelusuran audit.
5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dan
keinginan, termasuk usulan penelitian, catatan pribadi: catatan reflektif dan
motivasi; dan harapan: harapan dan peramalan.
6. Informasi tentang pengembangan instrumen,
termasuk berbagi pormulir yang digunakan untuk penjajakan, jdwal pendahuluan,
format pengamat, dan survei.
Proses auditing dapat mengikutin langkah-langkah seperti yang disarankan
oleh Harpen, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hl yang dapat diaudit,
kesepakatran formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Bugin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Moelang, J. Lexy. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Moelang, J. Lexy. 1989. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya CV.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPOTA.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar